Beberapa hari yang lalu,
tepatnya Hari Sabtu, 10 Nopember 2012, saya bersama rombongan
menghadiri pernikahan saudara sepupu dari pihak istri saya di
Majalengka Jawa Barat. Informasi pertama dari pihak keluarga bahwa
kemungkinan bus yang kami sewa tidak bisa sampai ke lokasi karena
memang berada di dataran tinggi dengan medan yang tidak memungkinkan
bus besar lewat. Pada hari H, dengan menggunakan jasa Bus Pariwisata
Sargede, sekitar pukul 07.00 wib di mulailah perjalanan menuju ke
Majalengka Jawa Barat. Seperti biasa, peserta ibu ibu pastilah yang
paling heboh dalam mempersiapkan segalanya, mulai dari dandanan,
barang bawaan hingga persiapan detil lainnya, termasuk PPPK dan
kantong kresek yang di persiapkan apabila ada peserta yang terpaksa
harus muntah he he. Seperti biasa di awal perjalanan, semua peserta
tampak berwajah ceria, penuh canda, tuan rumah dan mempelai yang ikut
rombongan bus juga nampak sumringah, maklum mau mempersunting gadis
Majalengka.
|
Suasana di dalam bus |
Istirahat pertama selain
mengisi bahan bakar untuk bus, juga membuang bahan bakar bagi
penumpang alias ke toilet, dan membeli beberapa makanan kecil untuk
bahan bakar perut di minimarket yang ada di seputaran pom di daerah
Gombong. Cuss ..... setelah selesai kendaraan kembali membelah jalur
selatan Jawa. Istirahat kedua, Sholat Dhuhur dan Ashar kembali bus
berhenti di daerah Bumiayu, sholat berjamaah dan istirahat sebentar
sembari antri menggunakan jasa toilet yang ada di lingkup masjid,
merokok bagi perokok yang sudah tersiksa ( mulut terasa pahit
katanya, he he ) selama berjam jam di dalam bus, yang memang tidak di
lengkapi smoking area. Selesai istirahat, perjalanan pun di lanjutkan
kembali. Lunch box time : )
Sekitar jam 15.00 bus
sudah merayap di atas jalan tol Cirebon. Lumayan lengang, tapi begitu
melihat tarif yang harus di bayar .... beughhhhh Rp 21.500 untuk satu
ruas jalur tol, mungkin karena sesuai dengan kondisi dan situasi
jalan tol nya. Tapi semua terbayar dengan dua kata ... arus lancar
.... Penumpang sudah terlihat kuyu, semrawut, banyak gincu yang mulai
pudar wkwkwkwk, minyak wangi yang berubah aroma, kaki yang mulai
menggelembung karena darah menumpuk di sana.
|
Exit tol |
Exit tol Cirebon menjadi
pertanda bahwa dengan estimasi sekitar 1 jam lagi kami akan segera
sampai di daerah tujuan Majalengka. Wajah kembali sumringah, sisir
sudah mulai di siapkan, mengatur dandanan yang acakadut. Tiba tiba
saya tertegun oleh satu pemandangan di luar sana .... warung Empal
Gentong .... oooohhhhhhh .... ini Cirebon
men .... tapi tidak mampir
karena itu tidak masuk dalam
itenenary perjalanan dan jelas bukan
prioritas sama sekali. Empal gentong pun berlalu. Hiks hiks.
Sekitar jam 17.00
tibalah kami di Balaidesa Singawada, Rajagaluh, Majalengka ( maaf
kalau salah, karena waktu itu tidak sempat mencatat lengkap
alamatnya, tapi menurut informasi calon mempelai, itulah nama tempat
kami transit bus ). Segera kami di sambut dengan 2 kendaraan berupa
truk dengan bak terbuka, karena memang tempat tujuan akhir kami tidak
bisa di capai dengan bus. Masih dengan muka berseri seri kami
serombongan naik truk, yang wanita campur dengan wanita, yang laki
laki campur dengan laki laki. Rombongan wanita lebih dulu jalan,
karena truk rombongan laki laki masih mempersiapkan segala macam
barang bawaan yang harus di bawa ke atas. Trukpun mulai berjalan,
dengan cekatan, pengemudi membawa truknya melewati pemukiman padat
dengan kontur tanah yang segera menanjak tinggi. Bayangan perjalanan
santai yang ada di benak segera berubah menjadi cemas, ketika truk
masih melaju dengan kecepatan sedang melewati jalan yang tidak bisa
di sebut lebar, dengan kanan kiri pemandangan hutan dan jurang jurang
dangkal, ketika melihat ke arah atas bukit yang tinggi, calon
pengantin laki laki bilang “Sudah dekat, itu di sana”, sambil
menunjuk ke arah atas. Hah? Itu bukan dekat menurut saya, tapi jauh,
plus jalur berkelok yang sempit dan dingin mulai menusuk tulang, dan
lupa membawa jaket, lengkap sudah. 20 menit berlalu belum juga tampak
perjalanan akan berakhir, sudah ada yang mulai mabuk darat, mungkin
karena guncangan, pucat pasi, berpegangan pada sisi samping bak truk.
Kasihan.
|
Ibu ibu bersiap naik truk |
|
Hasil jepretan dengan hp pada medan yang bergoyang, pusing kan? |
Satu hal yang saya
sesalkan adalah saya tidak membawa serta kamera butut saya untuk
mengabadikan pemandangan indah di sisi kanan kiri jalan, sehingga
hanya dengan modal telepon seluler dengan daya tangkap menyedihkan
karena pencahayaan yang kurang, dan signal SOS merah karena tidak
ada BTS saya mengabadikan setiap moment yang ada. Hutan Pinus .....
another beautiful scenery and i lost it. Wew!!! oke deh, tidak apa
apa, semoga besok waktu perjalanan pulang saya bisa meng capture nya.
Truk tiba di tempat tujuan di iringi nafas lega penumpang dan bunyi
adzan Magrib pun berkumandang, Alhamdulillah, inilah Malarhayu,
Bantaragung, Sindangwangi, Majalengka, yang katanya desa tertinggi di
kaki bukit Gunung Ciremai. Tempat kami akan menghabiskan waktu satu
hari ke depan. Setelah istirahat sejenak, kami pun segera bergantian
menuju ke tempat air untuk selain membersihkan badan dan keperluan ke
belakang juga mempersiapkan diri Sholat Magrib, dan brrrrrrr .....
cessssssss ..... ampuuuunnnnnn, airnya sedingin es. Bayangan mandi
yang segar untuk memulihkan stamina pun segera sirna, cukup
membersihkan badan yang tampak saja he he.
Acara seserahan
berlangsung khidmat setelah Sholat Isya', di sambung dengan acara
makan malam yang tak kalah nikmatnya, di tengah hawa gunung yang
dingin, menikmati hangatnya teh tawar ( selama di sana kami tidak di
suguhi teh manis ) dan semangkuk sup, serta menu utama nasi dan
olahan daging, cukup untuk bekal ber hibernasi di temani suara
jengkerik yang bersahut sahutan, serta suara berbagai hewan malam di
kegelapan pepohonan hutan pinggir kampung. Alhamdlillah saya di
pinjami jaket oleh sepupu saya yang kebetulan bertiga tapi membawa
jaket 4, ah, kalau sudah rezeki takkan kemana.
Terbangun subuh, bersiap
menghadapi dinginnya air gunung yang lebih dingin dari kemarin sore,
mandi pagi yang ooouuuuuaaahhhhhh duingiiinnnnnnnn, jantung serasa
berhenti berdetak ketika segayung air di siramkan ke tubuh, tapi
lumayan mengusir dingin setelah selesai mandi. Sambil menunggu
mentari muncul, ngobrol dengan penduduk lokal kerabat mempelai
wanita, di suguhi air putih panas dan papaes ( makanan khas katanya
), terbuat dari tepung beras kalau tidak salah, di bungkus daun
pisang dan di kukus, namun agak hambar menurut saya, sehingga perlu
di temani emping melinjo juga, he he, sehingga terasa lebih nikmat.
Ada juga tape ketan yang di bungkus daun jambu, di taruh di dalam
toples, kemudian di siram kuah, namun karena saya kurang suka jadi
tidak ikut mencicipi.
|
anakku in action, Latar belakang adalah hutan |
|
ini dia si empunya blog, dg latar belakang sumber mata air yang melimpah, catat ...ini adalah di desa teratas Gunung Ciremai, katanya ... |
Setelah makan pagi,
menunggu jam akad nikah yang di jadwalkan jam 10 pagi tiba, tuan
rumah sudah beberapa hari menyewa hiburan CBR Entertainment, yaitu
Qasidah dangdut Al-Mujahirin pimpinanan Kang Kusnadi dari Cimerang
Payung Rajagaluh Majalengka, yang lumayan menghibur dengan 3 penyanyi
top nya, cewek cewek dengan dandannan khas, uhuy. Di buka dengan lagu
“secangkir kopi” yang di populerkan oleh siapa saya tidak tahu,
kemudian “buaya buntung” by Inul Daratista, namun tidak memakai
goyang ngebor he he. Di susul kemudian dengan beberapa buah lagu yang
sering saya tidak tahu artinya karena memakai bahasa Sunda. Suara
musiknya benar benar menggedor gedor jantung, hingga terasa mau
copot. Jam 10.00 petugas KUA sudah siap di tempat, acara dangdut an
di pending sementara, tempat ijab qobul, mempelai pria dan wanita
disiapkan, dengan mahar seperangkat perhiasan dan uang sejumlah Rp
111,112,- yang di sesuaikan dengan tanggal, bulan dan tahun pada saat
itu. Isak tangis terdengar dari mempelai wanita dan orang tua kedua
mempelai, entah itu karena bahagia, sedih, senang atau apa saya tidak
tahu, yang pasti semua rasa campur aduk seperti nano nano pastinya.
|
Di goyang mang!!! haseeekkkkkk |
Acara akad nikah lancar,
sekarang tiba saatnya ............... saweran!!!!, saya baru lihat
yang kayak gini pertama kali, ada seorang wanita yang menyanyi lagu
sunda di depan pintu rumah, sementara kedua mempelai duduk di depan
rumah, saya gak tahu artinya sama sekali, yang pasti mungkin doa doa
untuk keselamatan dan kebahagiaan kedua mempelai, mungkin lho ya, di
susul dengan beberapa kerabat memberi uang atau amplop di letakkan di
wadah yang sudah di sediakan, kemudian dari dalam rumah, keluarga
mempelai keluar sambil membawa wadah berisi beras dan uang receh,
kemudian sementara acara saweran masih berlangsung, beras dan uang
receh di sebar ke arah tamu di sambut dengan gegap gempita saling
berebut, saya kebetulan tidak bertanya ada filosophi apa di balik
acara tersebut, yang pasti kepala beradu tangan dan siku sudah jamak
terjadi, termasuk saya yang mengambil gambar, siku saya mengenai
seorang ibu ibu sepuh, aduhhhh maaf ibu ya, gak sengaja.
Acara selesai, persiapan
pulang kembali ke Bantul sehabis sholat Dhuhur, setelah semua beres
tinggal menunggu truk yang akan mengangkut kami turun, namun nasib
berkata lain, angkutan yang tersedia cuman 1 buah truk dan 1 buah
pick up yang jelas tidak cukup untuk kami semua, sehingga harus
menunggu truk pertama balik lagi, dan nasib kurang beruntung masih
terjadi lagi, ketika sudah berjam jam kami menunggu, akhirnya kami
turun bersamaan dengan rombongan lain yang semua berbahasa sunda, ibu
ibu, gandeeeeennngggg ( ramai dalam bahasa sunda ). Tapi tidak apa
apalah yang penting lancar. Perjalanan turun yang mendebarkan kembali
kami lewati, namun kali ini tidak tahu kenapa, kami melewati jalur
yang berbeda dengan jalur waktu berangkat, mungkin yang bermukim di
Majalengka tahu, kami melewati Waduk Sindangpanon, yang sepertinya
sering di pakai dan memang tempatnya enak untuk sekedar duduk duduk
menikmati pemandangan. Setelah berputar putar sampailah kami di
bawah menjelang waktu sholat Ashar habis. Legaaa. Saatnya pulangggg.
Bus keluar dari wilayah
Majalengka sekitar 45 menit kemudian, masuk ke Kota Cirebon, sehabis
waktu magrib tiba, kami sudah masuk tol. Lancar, kemudian berhenti di
rest area sekitar pintu masuk tol Ciperna, wuzzzzz, begitu keluar
dari bus, hawa panas dan kering serta angin kencang langsung terasa.
Tapi semua terobati dengan adanya masjid dan toilet yang bersih dan
nyaman. Selesai kami langsung meneruskan perjalanan pulang, setelah
sebelumnya bagi bagi dinner box, bekal dari Majalengka. Pagi sekitar
jam 02.00 bus tiba kembali di Bantul dengan selamat. Alhamdulillah.