Friday, November 23, 2012

Menyentuh kabut di kaki Gunung Ciremai

      Beberapa hari yang lalu, tepatnya Hari Sabtu, 10 Nopember 2012, saya bersama rombongan menghadiri pernikahan saudara sepupu dari pihak istri saya di Majalengka Jawa Barat. Informasi pertama dari pihak keluarga bahwa kemungkinan bus yang kami sewa tidak bisa sampai ke lokasi karena memang berada di dataran tinggi dengan medan yang tidak memungkinkan bus besar lewat. Pada hari H, dengan menggunakan jasa Bus Pariwisata Sargede, sekitar pukul 07.00 wib di mulailah perjalanan menuju ke Majalengka Jawa Barat. Seperti biasa, peserta ibu ibu pastilah yang paling heboh dalam mempersiapkan segalanya, mulai dari dandanan, barang bawaan hingga persiapan detil lainnya, termasuk PPPK dan kantong kresek yang di persiapkan apabila ada peserta yang terpaksa harus muntah he he. Seperti biasa di awal perjalanan, semua peserta tampak berwajah ceria, penuh canda, tuan rumah dan mempelai yang ikut rombongan bus juga nampak sumringah, maklum mau mempersunting gadis Majalengka.

Suasana di dalam bus
          Istirahat pertama selain mengisi bahan bakar untuk bus, juga membuang bahan bakar bagi penumpang alias ke toilet, dan membeli beberapa makanan kecil untuk bahan bakar perut di minimarket yang ada di seputaran pom di daerah Gombong. Cuss ..... setelah selesai kendaraan kembali membelah jalur selatan Jawa. Istirahat kedua, Sholat Dhuhur dan Ashar kembali bus berhenti di daerah Bumiayu, sholat berjamaah dan istirahat sebentar sembari antri menggunakan jasa toilet yang ada di lingkup masjid, merokok bagi perokok yang sudah tersiksa ( mulut terasa pahit katanya, he he ) selama berjam jam di dalam bus, yang memang tidak di lengkapi smoking area. Selesai istirahat, perjalanan pun di lanjutkan kembali. Lunch box time : )
         Sekitar jam 15.00 bus sudah merayap di atas jalan tol Cirebon. Lumayan lengang, tapi begitu melihat tarif yang harus di bayar .... beughhhhh Rp 21.500 untuk satu ruas jalur tol, mungkin karena sesuai dengan kondisi dan situasi jalan tol nya. Tapi semua terbayar dengan dua kata ... arus lancar .... Penumpang sudah terlihat kuyu, semrawut, banyak gincu yang mulai pudar wkwkwkwk, minyak wangi yang berubah aroma, kaki yang mulai menggelembung karena darah menumpuk di sana.

Exit tol

Exit tol Cirebon menjadi pertanda bahwa dengan estimasi sekitar 1 jam lagi kami akan segera sampai di daerah tujuan Majalengka. Wajah kembali sumringah, sisir sudah mulai di siapkan, mengatur dandanan yang acakadut. Tiba tiba saya tertegun oleh satu pemandangan di luar sana .... warung Empal Gentong .... oooohhhhhhh .... ini Cirebon men .... tapi tidak mampir karena itu tidak masuk dalam itenenary perjalanan dan jelas bukan prioritas sama sekali. Empal gentong pun berlalu. Hiks hiks.
         Sekitar jam 17.00 tibalah kami di Balaidesa Singawada, Rajagaluh, Majalengka ( maaf kalau salah, karena waktu itu tidak sempat mencatat lengkap alamatnya, tapi menurut informasi calon mempelai, itulah nama tempat kami transit bus ). Segera kami di sambut dengan 2 kendaraan berupa truk dengan bak terbuka, karena memang tempat tujuan akhir kami tidak bisa di capai dengan bus. Masih dengan muka berseri seri kami serombongan naik truk, yang wanita campur dengan wanita, yang laki laki campur dengan laki laki. Rombongan wanita lebih dulu jalan, karena truk rombongan laki laki masih mempersiapkan segala macam barang bawaan yang harus di bawa ke atas. Trukpun mulai berjalan, dengan cekatan, pengemudi membawa truknya melewati pemukiman padat dengan kontur tanah yang segera menanjak tinggi. Bayangan perjalanan santai yang ada di benak segera berubah menjadi cemas, ketika truk masih melaju dengan kecepatan sedang melewati jalan yang tidak bisa di sebut lebar, dengan kanan kiri pemandangan hutan dan jurang jurang dangkal, ketika melihat ke arah atas bukit yang tinggi, calon pengantin laki laki bilang “Sudah dekat, itu di sana”, sambil menunjuk ke arah atas. Hah? Itu bukan dekat menurut saya, tapi jauh, plus jalur berkelok yang sempit dan dingin mulai menusuk tulang, dan lupa membawa jaket, lengkap sudah. 20 menit berlalu belum juga tampak perjalanan akan berakhir, sudah ada yang mulai mabuk darat, mungkin karena guncangan, pucat pasi, berpegangan pada sisi samping bak truk. Kasihan.

Ibu ibu bersiap naik truk

Hasil jepretan dengan hp pada medan yang bergoyang, pusing kan?
         Satu hal yang saya sesalkan adalah saya tidak membawa serta kamera butut saya untuk mengabadikan pemandangan indah di sisi kanan kiri jalan, sehingga hanya dengan modal telepon seluler dengan daya tangkap menyedihkan karena pencahayaan yang kurang, dan signal SOS merah karena tidak ada BTS saya mengabadikan setiap moment yang ada. Hutan Pinus ..... another beautiful scenery and i lost it. Wew!!! oke deh, tidak apa apa, semoga besok waktu perjalanan pulang saya bisa meng capture nya. Truk tiba di tempat tujuan di iringi nafas lega penumpang dan bunyi adzan Magrib pun berkumandang, Alhamdulillah, inilah Malarhayu, Bantaragung, Sindangwangi, Majalengka, yang katanya desa tertinggi di kaki bukit Gunung Ciremai. Tempat kami akan menghabiskan waktu satu hari ke depan. Setelah istirahat sejenak, kami pun segera bergantian menuju ke tempat air untuk selain membersihkan badan dan keperluan ke belakang juga mempersiapkan diri Sholat Magrib, dan brrrrrrr ..... cessssssss ..... ampuuuunnnnnn, airnya sedingin es. Bayangan mandi yang segar untuk memulihkan stamina pun segera sirna, cukup membersihkan badan yang tampak saja he he.  
        Acara seserahan berlangsung khidmat setelah Sholat Isya', di sambung dengan acara makan malam yang tak kalah nikmatnya, di tengah hawa gunung yang dingin, menikmati hangatnya teh tawar ( selama di sana kami tidak di suguhi teh manis ) dan semangkuk sup, serta menu utama nasi dan olahan daging, cukup untuk bekal ber hibernasi di temani suara jengkerik yang bersahut sahutan, serta suara berbagai hewan malam di kegelapan pepohonan hutan pinggir kampung. Alhamdlillah saya di pinjami jaket oleh sepupu saya yang kebetulan bertiga tapi membawa jaket 4, ah, kalau sudah rezeki takkan kemana.  
          Terbangun subuh, bersiap menghadapi dinginnya air gunung yang lebih dingin dari kemarin sore, mandi pagi yang ooouuuuuaaahhhhhh duingiiinnnnnnnn, jantung serasa berhenti berdetak ketika segayung air di siramkan ke tubuh, tapi lumayan mengusir dingin setelah selesai mandi. Sambil menunggu mentari muncul, ngobrol dengan penduduk lokal kerabat mempelai wanita, di suguhi air putih panas dan papaes ( makanan khas katanya ), terbuat dari tepung beras kalau tidak salah, di bungkus daun pisang dan di kukus, namun agak hambar menurut saya, sehingga perlu di temani emping melinjo juga, he he, sehingga terasa lebih nikmat. Ada juga tape ketan yang di bungkus daun jambu, di taruh di dalam toples, kemudian di siram kuah, namun karena saya kurang suka jadi tidak ikut mencicipi.
anakku in action, Latar belakang adalah hutan
ini dia si empunya blog, dg latar belakang sumber mata air yang melimpah, catat ...ini adalah di desa teratas Gunung Ciremai, katanya ...
          Setelah makan pagi, menunggu jam akad nikah yang di jadwalkan jam 10 pagi tiba, tuan rumah sudah beberapa hari menyewa hiburan CBR Entertainment, yaitu Qasidah dangdut Al-Mujahirin pimpinanan Kang Kusnadi dari Cimerang Payung Rajagaluh Majalengka, yang lumayan menghibur dengan 3 penyanyi top nya, cewek cewek dengan dandannan khas, uhuy. Di buka dengan lagu “secangkir kopi” yang di populerkan oleh siapa saya tidak tahu, kemudian “buaya buntung” by Inul Daratista, namun tidak memakai goyang ngebor he he. Di susul kemudian dengan beberapa buah lagu yang sering saya tidak tahu artinya karena memakai bahasa Sunda. Suara musiknya benar benar menggedor gedor jantung, hingga terasa mau copot. Jam 10.00 petugas KUA sudah siap di tempat, acara dangdut an di pending sementara, tempat ijab qobul, mempelai pria dan wanita disiapkan, dengan mahar seperangkat perhiasan dan uang sejumlah Rp 111,112,- yang di sesuaikan dengan tanggal, bulan dan tahun pada saat itu. Isak tangis terdengar dari mempelai wanita dan orang tua kedua mempelai, entah itu karena bahagia, sedih, senang atau apa saya tidak tahu, yang pasti semua rasa campur aduk seperti nano nano pastinya.
Di goyang mang!!! haseeekkkkkk
          Acara akad nikah lancar, sekarang tiba saatnya ............... saweran!!!!, saya baru lihat yang kayak gini pertama kali, ada seorang wanita yang menyanyi lagu sunda di depan pintu rumah, sementara kedua mempelai duduk di depan rumah, saya gak tahu artinya sama sekali, yang pasti mungkin doa doa untuk keselamatan dan kebahagiaan kedua mempelai, mungkin lho ya, di susul dengan beberapa kerabat memberi uang atau amplop di letakkan di wadah yang sudah di sediakan, kemudian dari dalam rumah, keluarga mempelai keluar sambil membawa wadah berisi beras dan uang receh, kemudian sementara acara saweran masih berlangsung, beras dan uang receh di sebar ke arah tamu di sambut dengan gegap gempita saling berebut, saya kebetulan tidak bertanya ada filosophi apa di balik acara tersebut, yang pasti kepala beradu tangan dan siku sudah jamak terjadi, termasuk saya yang mengambil gambar, siku saya mengenai seorang ibu ibu sepuh, aduhhhh maaf ibu ya, gak sengaja.  
          Acara selesai, persiapan pulang kembali ke Bantul sehabis sholat Dhuhur, setelah semua beres tinggal menunggu truk yang akan mengangkut kami turun, namun nasib berkata lain, angkutan yang tersedia cuman 1 buah truk dan 1 buah pick up yang jelas tidak cukup untuk kami semua, sehingga harus menunggu truk pertama balik lagi, dan nasib kurang beruntung masih terjadi lagi, ketika sudah berjam jam kami menunggu, akhirnya kami turun bersamaan dengan rombongan lain yang semua berbahasa sunda, ibu ibu, gandeeeeennngggg ( ramai dalam bahasa sunda ). Tapi tidak apa apalah yang penting lancar. Perjalanan turun yang mendebarkan kembali kami lewati, namun kali ini tidak tahu kenapa, kami melewati jalur yang berbeda dengan jalur waktu berangkat, mungkin yang bermukim di Majalengka tahu, kami melewati Waduk Sindangpanon, yang sepertinya sering di pakai dan memang tempatnya enak untuk sekedar duduk duduk menikmati pemandangan. Setelah berputar putar sampailah kami di bawah menjelang waktu sholat Ashar habis. Legaaa. Saatnya pulangggg.
         Bus keluar dari wilayah Majalengka sekitar 45 menit kemudian, masuk ke Kota Cirebon, sehabis waktu magrib tiba, kami sudah masuk tol. Lancar, kemudian berhenti di rest area sekitar pintu masuk tol Ciperna, wuzzzzz, begitu keluar dari bus, hawa panas dan kering serta angin kencang langsung terasa. Tapi semua terobati dengan adanya masjid dan toilet yang bersih dan nyaman. Selesai kami langsung meneruskan perjalanan pulang, setelah sebelumnya bagi bagi dinner box, bekal dari Majalengka. Pagi sekitar jam 02.00 bus tiba kembali di Bantul dengan selamat. Alhamdulillah.


No comments: